Peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan momen yang sangat penting dalam agama Islam, karena setelah peristiwa itulah, Sholat 5 waktu diwajibkan bagi setiap Muslim. Peristiwa ini sangat menarik untuk dikaji baik secara fisika maupun metafisika.
Secara istilah, Isra’ adalah berjalan di waktu malam hari, sedangkan Mi‘raj adalah alat (tangga) untuk naik. Isra mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad SAW pada waktu malam hari dari Masjid Al Haram Mekkah ke Masjid Al Aqsha di Palestina. Miraj adalah kelanjutan perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid Al Aqsha di Palestina ke langit ke-7 (Sidratul Muntaha). Di langit tertinggi ini tempat Nabi Muhammad saw “bertemu” dengan Allah SWT. Isra’ Miraj adalah kisah perjalanan Nabi Muhammad ke langit ke tujuh dalam waktu semalam (www.bambies.wordpress.com).
Prosesi sejarah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad termaktub dalam Qur’an Surat (QS) Al-Isra’ ayat 1 dan QS An-Najm ayat 13-18, yang berbunyi:
“Maha suci Allah yang menjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya
sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17. Al-Isra’ :1)
“Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad
SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga
tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi
oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
(QS. An-Najm:13-18)
Isra’ dan Mi’raj Antara Fenomena Fisika dan Metafisika
(a). Kajian Metafisika
Ketika Nabi Muhammad SAW menceritakan peristiwa Isra’ dan Mikraj yang dialaminya, pada masa itu terdapat dua kubu, antara kubu (kaum) yang percaya (beriman) dan kaum yang tidak tidak percaya (kaum Quraisy).
Bagi umat Muslim, bahwa seseorang disebut beriman, jika dia percaya kepada hal-hal ghaib (metafisika) yang terangkum pada 6 rukun iman. Diantaranya: (1)
beriman (percaya) kepada Alloh SWT, (2) percaya kepada adanya Malaikat,
(3) percaya kepada Rasul-Rasul Alloh, (4) percaya kepada Kitab-Kitab
Alloh, (5) percaya kepada adanya Hari Kiamat, (6) percaya kepada Qada
dan Qadar (Takdir Alloh di alam semesta).
Berkaitan dengan peristiwa Isra’ dan
Mi’raj itu, itu berarti seorang Muslim langsung mengimplementasikan
keyakinannya kepada 6 rukun iman di atas.
(1) Apa yang diwahyukan/disampaikan oleh Rasul Muhammad SAW berarti semuanya benar. Ini implementasi rukun iman ke-3 dan ke-4
(2) Rasulullah dibantu oleh Malaikat Jibril untuk perjalanan itu. Ini Rukun iman ke-2
(3) Malaikat Jibril “membawa” Nabi ke
Palestina dan ke Sidratul Muntaha (langit ke-7) tentu atas perintah dari
Alloh SWT. Ini rukun iman ke-1 dan ke-2
(4) Selama perjalanan Mi’raj (ke langit),
Nabi diperlihatkan bagaimana bentuk balasan dari umat manusia yang taat
dan membangkang terhadap perintah Alloh SWT setelah hari Kiamat kelak.
Ini rukun iman ke-5.
(5). Kita percaya kepada semua ketentuan
Alloh SWT di alam semesta ini baik kita inginkan maupun tidak kita
inginkan, baik bisa diterima logika maupun belum. Ini yang disebut
sebagai Qada dan Qadar. Dan Ini adalah bentuk aplikasi rukun iman ke-6.
(b). Kajian Fisika
Di dalam ilmu fisika modern, kecepatan partikel/benda yang paling cepat saat ini adalah kecepatan cahaya (light speed). Kecepatan cahaya adalah sebuah konstanta fisika yang disimbolkan dengan huruf c,
Konstanta ini sangat penting dalam fisika dan bernilai 299.792.458
meter per detik. Nilai ini merupakan nilai eksak disebabkan oleh panjang
meter didefinisikan berdasarkan konstanta kelajuan cahaya. Kelajuan
ini merupakan kelajuan maksimum yang dapat dilajui oleh segala bentuk
energi, materi, dan informasi dalam alam semesta. (www.wikipedia.org).
Nilai c hasil perhitungan => c = 299792.5 km/det
Nilai c hasil pengukuran:
- US National Bureau of Standards, c = 299792.4574 + 0.0011 km/det
- The British National Physical Laboratory, c = 299792.4590+0.0008 km/det
- Konferensi ke 17 tentang Ukuran dan Berat Standar “Satu meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang hampa selama 1/299792458 detik (http://efrialdy.wordpress.com).
Malaikat dari Cahaya
Malaikat terbuat dari Cahaya (Nur), seperti pada dalil berikut ini:
“Allah
menciptakan malaikat dari cahaya, menciptakan jin dari nyala api, dan
menciptakan Adam dari apa yang telah disifatkan (dijelaskan) kepada
kalian.” (Diriwayatkan Muslim).
DR. Mansour Hassab El Naby, pakar astrofisika dari Mesir telah berhasil membuktikan pernyataan Al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW bahwa Zat Malaikat adalah Cahaya. Dasar El Naby adalah Al-Qur’an surah As-Sajadah ayat 5 yang menyatakan sebagai berikut:
“Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu”
Diketahui bahwa kecepatan cahaya sebesar
300.000 km per detik (bulatan angka 299.792,4989 km/detik temuan
el-Naby). Jika benar materi malaikat adalah cahaya, maka mau tak mau
kecepatan geraknya haruslah sesuai dengan ukuran kecepatan cahaya
temuan para fisikawan.
Untuk hal itu, elNaby harus membuktikan
apakah benar pernyataan Al-Qur’an ini; kecepatan malaikat 1 : 1000
tahun adalah sama nilainya dengan 300.000 km/detik. Jika benar (1:1000)
= 300.000 km/detik, berarti benarlah bahwa zat malaikat adalah cahaya.
Apa hasilnya ? Ternyata 1 :1000. tahun = 300.000 km/detik! (Sumber: Pettarani Bone, Kompasiana.com, 20 Januari 2012, “Umur 63 Tahun Tidak Sampai Satu Detik”).
Jadi, Peristiwa Isra’ dan Mi’raj (perjalanan 1 malam yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Majid Al Aqsha di
Palestina, dan seterusnya naik ke Sidratul Muntaha di Langit ke-7) yang
dilaluinya bersama Malaikat Jibril adalah benar secara Fisika maupun
Metafisika.Malaikat Jibril terbuat dari Cahaya, dan bergerak dengan kecepatan cahaya.Tentu saja nabi yang ikut bersama Malaikat Jibril juga bergerak dengan kecepatan Cahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar